Oleh : Abd. Latif Azzam
Kita tentu tak asing lagi dengan kalimat "Islam Rahmatan Lil Alamin". Kalimat itu menjelaskan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, tidak hanya manusia. Kalaupun berbeda tafsirannya mayoritas sepakat maknanya demikian. Kehadiran Islam sebagai pemberi rahmat membuat manusia menjadi peduli terhadap sesama. Islam mengajarkan untuk taat kepada tuhannya, menjalani perintah dan menjauhi larangannya. -saya tak cukup faham mengenai penggunaan huruf besar untuk kalimat yang dirujukkan kepada Allah. Bukankah suatu penghormatan tidak diukur dari kapital tidaknya sebuah huruf-.
Dalam Islam orang yang taat beragama dan setia menjalani perintah tuhannya disebut sebagai orang Soleh. Secara harfiah kata Soleh adalah isim fail dari kata Solaha yang bermakna baik. Sehingga kalau dilihat secara arti harfiahnya orang soleh adalah orang yang selalu melakukan kebaikan, menolong terhadap saudaranya yang membutuhkan, mengasihi rakyat miskin, memberi makan orang yang lapar, rajin solat, puasa tidak pernah putus, apabila berkata dia jujur, menjaga amanah yang diberikan, tidak suka membicarakan orang lain, selalu menunduk meskipun cerdas dan pintar, dan yang lain sifat-sifat baik yang sesuai dengan arti kata soleh. Tetapi apakah benar orang-orang soleh memiliki sifat-sifat diatas ?
Kenyataannya banyak orang yang berlindung dibalik kata Soleh. Kesolehan yang dimiliki hanya terletak di kopyah, sorban, baju koko, dan sarung-sarung bermerk tinggi. Karena dengan menampilkan kesolehan lewat baju koko dan kopyah hitamnya, dia akan kelihatan soleh dihadapan semua orang, walaupun orang lain tidak tahu sebenarnya apa yang telah dia lakukan ketika tidak sedang berkopyah dan berbaju koko. Orang soleh juga terkadang bisa disebut sebagai soleh egoistik. Dia soleh sendiri, tapi tidak bisa bekerja kepada orang lain dengan kesolehannya.
Banyak orang soleh yang rajin solat dan puasa. Sampai jidatnya hitam seperti biksu di film Sunggokong. Sampai sorbannya jatuh berserakan, sampai sajadahnya dibuat alas tidur karena saking seringnya solat. Tapi dia tidak pernah melihat saudaranya yang kelaparan, jangankan membeli sorban, membeli sepiring nasi saja tak mampu. Dia juga tidak pernah tahu bahwa pemimpinnya sedang Dzolim, dia tidak pernah tahu kalau sanak familinya terkena musibah. Bagaimana dia akan tahu, lah wong kerjaannya cuma bisa solat dan cuma menghitamkan jidat. Dia hanya akan bangga hati ketika disebut sebagai orang soleh. Soleh yang tiada manfaat.
Orang soleh juga sering kita temukan pada saat solat jumat, betapa banyaknya orang soleh di masjid saat itu. Cukup bermodal kopyah dan sorban sebelum berangkat ke masjid, dia cukup berbesar hati apabila ada yang menyebutnya soleh. Padahal, ketika tidak sedang berkopyah dan berbaju koko, dia tidak tahu malu melakukan dosa kepada tuhannya. Saya tidak bisa menyebut macam-macam dosa yang dilakukan, tetapi sebesar apapun dosa yang diperbuat yang tidak diketahui orang lain, dia cukup berjalan dengan baju koko dan kopyah hitamnya, lalu hilanglah dosa-dosa itu dan dengan mudahnya orang akan menganggapnya soleh.
Orang soleh juga sering kita temukan di beberapa pengajian di masyarakat. Banyak orang soleh saat itu yang pintar beretorika. Masyarakat yang tidak pernah tau beretorika dibuat terkagum-kagum oleh orang soleh. Dia lantang mengatakan, "perbanyaklah solat, sedekah jangan putus, kalau kalian mengikuti perintah tuhan kalian Sorga jaminannya kelak diakhirat". Dengan mudahnya orang soleh tadi memperjual belikan Sorga kepada saudaranya. Padahal setelah disamperin ke rumahnya bahwa ada masjid dan jalan yang perlu diperbaiki. Dengan mudahnya dia berkilah untuk tidak menyumbang sepeserpun. Tapi dia akan tetap disebut soleh, karena kopyahnya tak pernah lepas.
Orang Soleh juga sering ditemukan di parlemen dan lembaga negara lainnya. Nah, kalau ini saya tidak perlu sebutkan kedoknya. Masyarakat sudah banyak yang tahu seberapa besar dia korupsinya. Nyatanya orang tetap menganggapnya soleh ketika reses ke daerah-daerah terpencil. Betapa bejatnya orang soleh, dan sudah keluar dari arti harfiahnya. Lalu orang soleh seperti apalagi yang ada di sekitar kita, yang hanya berlindung pada kopyah dan baju koko atau sarung bermerk tnggi ?
Rayon Ushuluddin, 30/12. 01:39