Artikel

Moh wasik






MAKNA GURU YANG SEBENAR- BENARNYA
Oleh :  Moh Wasik

      Guru merupakan suri tauladan yang baik. Karenanya, kita harus menghormati guru. Diriwayatkan oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi bahwasannya,
"لولا المربي ما عرفت ربي"
“kalau bukan karena guruku, aku tidak akan mengenal siapa tuhanku”
Pemaparan atas mengajarkan kita bahwa eksistensi seorang guru sangat berperan penting dalam kehidupan beragama. Tanpa guru, Tuhanpun seakan hal yang baru. Tanpa guru, Akhlaqpun menjadi layu. 
Diceritakan, Habib Ahmad bin Hasan al- Atthas, Beliau pernah berjalan kesuatu tempat yang jauh dari pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Mereka ingkar dengan tawasul dan mereka ingkar dengan ziarah kubur. disuatu ketika, beliau shalat jum’at dan beliau ditunjut untuk menjadi imam dimasjid tersebut. Mendengar bacaan beliau sangat bagus sehingga membuat yang hadir Istihdha’ hatinya, beliau disuruh untuk menyampaikan Muhadharah yang bisa diambil hikmahnya. Sebenarnya beliau tidak mau, karena dipaksa- paksa oleh si khotib sampai beliau mau untuk berpidato. 
“sebelumnya, saya mau tanya kepada anda sekalian, jangan marah ya?. Siapa tuhan kalian?” semua yang hadir langsung berubah wajahnya. Kemudia beliau melanjutkan.
“kalian kenal tuhanmu itu dari mana? Dapat wahyu? dari guru kalian khan? Guru dari gurunya khan? Sampai ke Rasulullah Saw. apa salahnya jika kalian mendoakan guru kalian?”. 
Kemudian mereka yang hadir terdiam dan sadar, bahwa peran guru dalam beragama sangatlah penting.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah semua guru dijaman yang penuh sandiwara seperti jaman sekarang ini dapat mengajak kita kejalan tuhan yang sebenarnya?  
Jawaban habib Taufiq bin Abdul Qadir bin Husain as-Saqaf Pasuruan tentang pertanyaan tersebut adalah, didalam kitab Ihya’ Ulumuddin dijelaskan bahwasannya Rosulullah Saw bersabda;
"لاتجلسوا عند كل عالم إلا الى عالم يدعوكم من خمس الى خمس"
"janganlah kamu asal duduk terhadap orang yang berilmu, tapi duduklah kepada orang alim yang mengeluarkan kamu dari lima perkara terhadap lima perkara pula".
Pembaca yang budiman, yang disebut Kyai sekarang banyak, Dosen apalagi, yang disebut Ustadz juga demikian. Tapi semakin rancuh kita tidak tahu agama, semakin bingung bahkan Akidah dan Tauhid kita. Karena itu, jangan asal orang berilmu engkau dengar bicaranya, tapi dengarlah orang yang bisa mengajak kita keluar dari lima perkara yang negatif dan membimbing kita kepada lima perkara yang positif. Apa saja lima perkara tersebut? 
)من الشك الى يقين(
“Carilah guru yang mengeluarkan kita dari keraguan terhadap kebenaran agama, sehingga kita yaqin atas kebenaran islam dan iman.”
Penggoyah akidah ada dimana- mana, sehingga banyak orang yang ragu atas ajaran salafnya, ragu atas ajaran kakek nenek moyongnya sehingga percaya terhadap propaganda koran dan majalah. 
(من الرياء الى الإخلاص)
“Carilah guru yang mengeluarkan kita dari penyakit riya’ menuju ikhlas.”
Kita diperintah ibadah oleh Allah, akan tetapi ibadah kita tidak akan diterima kecuali dengan ikhlas semata- mata karenaNya وما امروا الا ليعبد الله مخلصين له الدين . Dan apabila Allah telah cinta terhadap hambaNya maka سيجعل الله لهم الرحمن ود.
Rasionalnya seperti kita mau mengirim surat ke Jakarta akan tetapi amplopnya tertulis Lumajang. Kira- kira kalau dikirimkan lewat pos sampainya kemana? Pastinya keLumajang bukan ke Jakarta.
 (من الرغبة الى الزهد)
“Carilah guru yang bisa mengeluarkan kita dari cinta terhadap dunia menjadi zuhud terhadap dunia.”
Jangan cari guru yang hanya berbicara masalah dunia, karenanya dikatakan.
فان محبة الله ومحبة الدنيا لايستمعان فى قلب العبد كما لايستمع النار والماء فى اناء واحد 
“Cinta terhadap allah dan cinta terhadap dunia tidak akan menyatu seperti tidak akan menyatunya api dan air dalam satu wadah”
(من الكبر الى التواضع)
“carilah guru yang bisa mengajak kita dari sifat kesombongan menuju tawadhu’”
إن الله لايحب المستكبرين Allah benci terhadap orang yang sombong. Daging, nanah dan semua yang ada diperut kita itu semua najis. Lantas mau sombong tentang apa lagi?
تكن كالنجم لاحال ناظرعلى صفحات الماء وهو رفيع, ولا تكن كالدخان يعلوا بنفسه على صفحات جوى وهو وضيع
(من الاداوات الى النصيحه)
“carilah orang yang berilmu yang mengeluarkan kita dari sifat permusuhan menuju saling mengingatkan”
Fitnah ada dimana- mana, sehingga Rasulullah saw bersabda.
“المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده”
Dari pemaparan tersebut dapat diambil benang merahnya, permasalahan guru pada jaman sekarang belum tentu benar dan mampu membimbing kita kejalan allah yang sebenarnya. Maka dari itu, didalam kitab fathul mu’in dijelaskan bahwasannya. 
ان الله لايقبد العلم انتزاعا ينتزعه من العباد ولكن يقض العلم بقبض العلماء حتى اذا لم يبقى عالما اتخد الناس رئوسا جهلا فسئلوا فاءفتوا بغير علم فضلوا واضلوا
“sesungguhnya allah tidak akan mencabut ilmu dari muka bumi dengan benar- benar mengambil semuanya, akan tetapi allah akan mencabut ilmu dengan wafatnya orang berilmu, sehingga apabila tidak ditemukan lagi orang alim maka orang- orang akan memilih pemimpin yang tidak mempunyai ilmu sehingga apabila dia ditanya, dia akan menjawab dengan tanpa ilmu. Maka ini akan sesat dan menyesatkan”
Bahkan Sahabat Abdullah bin Abbas mengatakan;
الاسناد عندي من الدين, فمن احسن العداله لقال ماشاء من شاء
“sanad itu bagian dari agama, barang siapa yang tidak mempunyai sanad kepada guru maka ia akan mengatakan apa yang ia mau, apa yang ia tuju”
Maka dari itu, hati- hati kalau mendengarkan pembicaraan. Koreksi,  bila itu benar dalam agama maka ikuti dan kerjakanlah. Semoga coretan ini bermanfaat bagi kita. Amien ya Rabbal ‘Alamin 

5 komentar:

faizah mengatakan...

Siap siap siap

faizah mengatakan...

Siap siap siap

Unknown mengatakan...

Masyaallah tabarakallah ☺️

Unknown mengatakan...

Tabaarakallah izin save shere🙏

Anonim mengatakan...

Terima kasiih izin save ya