Selasa, 12 September 2017

sepucuk surat untuk golongan aliansi mahasiswa






Sepucuk Surat Untuk Golongan Aliansi Mahasiswa
Oleh: M. fikih samsul arifin



Surat ini saya persembahkan untuk segenap manusia langit yang mengatas namakan suara mayor “sebagai aliansi mahasiswa”. Dalam kurun waktu tiga tahun saya belajar di IAIN Jember, tidak pernah melihat kekheosan  melanda kampus hijau ini. Baru baru ini mahasiswa dikagetkan dengan tindakan aksi yang mengatas namakan aliansi mahasiswa, untuk menyuarakan kritik dan saran terhadap parlementer kampus”Birokrat Republic Mahasiswa”. mungkin ada kesalahan yang harus diluruskan kembali agar tidak terjadi salah faham atau faham yang salah. melihat aksi itu saya rasa, ini adalah tindakan yang sangat “solutif”, menyikapi keabsurtan dari nahkoda dalam kanca Republic Mahasiswa. saya sebagai mahasiswa cukup terwakili, dan berharap bila memang ada kerancuan yang jelas, ini harus ditindak lanjuti. Terimakasih saya ucapkan untuk aliansi mahasiswa, yang menggelarnya sebagai suara mayor “walaupun massa aksi tidak sampai seperempat dari seluruh mahasiswa, hehehe”. Upss..!! mayor apa minor ya? Aliansi apa segerombolan belalang yang yang merasa terdiskriminasi?. Maaf hanya guyon bang, walaupun itu fakta.

Perkara yang melatar belakangi aksi ini salah satunya sayembara perebutan tongkat estafet badan ekskutif mahasiswa, yang merupakan tampok kekuasaan tertinggi dalam lingkup Universitas. saya mengikuti forum Audiensi di gedung VIP yang dipromotori oleh Aliansi Mahasiswa pada hari rabu minggu lalu. sebelum saya beri sinyalir kepada pembaca terkait kritik yang disampikannya, ternyata forum pertemuan yang merupakan jalan refrendum dalam bentuk “Audiensi”, ilegal/tidak mengikuti prosedur yang idealnya. Padahal DPM-I memprioritaskan kerja tertib administrasi, tetapi melanggar administrasi dengan menerima adanya forum itu sebagai legitimasi kesalahannya, atau mereka”awak awak DPM-I”, sangat menghargai suara rakyat. Ternyata dalam Menimbang “forum yang ilegal”, Melihat “tidak sesuainya dengan administrasi”, Menetapkan “berjalannya forum audiensi”, Menyatakan “bahwa forum itu atas desakan pak karno, sebagai salah satu fungsionaris tertinggi di kampus”. Wahh, ini yang hebat otoritas pimpinan atau desakan dari Aliansi Mahasiswa? atau bahkan dua-duanya yang hebat, dengan menghalalkan segala cara yang haram”melawan prosedur” untuk menggelar forum yang diidamkannya.

adanya Audiensi itu,  kritik yang didauhkan mereka, bahwa; Dewan perwakilan Mahasiswa (DPM-I) dan tim penyelenggara PEMIRA RM IAIN Jember, telah menabrak konsensus dari hasil KONGRES republik mahasiswa tahun 2016. Bagi aliansi Mahasiswa, payung hukum itu menjadi misteri di dahinya. Apakah kemisteriusan di balik legalitas hukum itu? Tidak memanifestasikannya? Atau jasad mereka(aliansi mahasiswa) yang berada di VIP pada waktu itu justru misterius? Sebab pada saat KONGRES berlangsung tahun lalu, mereka yang mengikuti forum audiensi tidak tampak satupun ujung hidungnya, tapi merasa faham dengan hasilnya. Wah...!! semacam makhluk halus yang ghaib, diundang tak datang jasadnya, pulang kemarkas dengan bebas menafsirknnya. Satu kata untuk mereka ; “bermimpi ingin menjadi tokoh hermeneutika yang diakui dunia”.

Hasil audiensi berending ketidak puasan antara kedua pihak. Step by step aliansi mahasiswa mengusahakan forum musyawarah yang diselancarkan kepada pimpinan RM. DPM-I mengundang untuk bertabayyun, namun alhasil pimpinan DPM-I hanya menunggu raja yang enggan berkiprah menghadirinya. Tiba-tiba kejutan terjadi di permukaan kampus. Mereka menyalakan terompet(kebangkitan mahasiswa) perang jilid pertama. 








Kanda-kanda yang kritis, jujur saya menyayangkan efek yang terjadi dari aksi itu, mulai menjelmanya karyawan kampus yang menjadi kambing hitam dan memprofokasi massa, perang propaganda media yang tidak mencerminkan jati diri sebagai mahasiswa, hingga terjadi insiden kekerasan yang tidak diharapkan. Klaim fanatisme golongan mulai mengakar dipelbagai media. Seperti; siksakampus.com, jatim aktual, radar-X.net, dll. Bahkan mahasiswa senior yang sudah hampir expired ”kadelwarsa”, melupakan masa tenggangnya di kampus yang sudah hampir meninggal terpaksa turun gunung untuk mengatasinya dengan tulisan yang subversif, membilas warna baru di tengah-tengah derasnya arus konflik, sehingga menjadi kombinasi yang sempurna. Kanda, ingat umur kanda. Malaikat ijro’il hampir melndingkan surat “DO” untukmu. 

Saya tutup surat ini dengan mengajak sebagian dari mahasiswa dalam golongan aliansi untuk berfikir, tapi bagi yang fikirannya jernih saja, /yang faham filsafat logika(silogisme partikular).
>Dalam Premis Mayor Yang Universal, Dan Premis Minornya Partikular, Maka Konklusinya Harus Partikular.
1.      Premis mayor  : semua mahasiswa yang mengikuti aksi merupakan aliansi
2.      Premis minor   : sebagian mahasiswa tidak mengikuti aksi
3.      Konklusi            : maka sebagian yang mengikuti aksi bukanlah aliansi.
(jadi golongan aliansi hanyalah sebatas klaim saja yang mengatas namakan aliansi. “logika mana yang dipakai kanda?”).
Kanda-kandaku yang kritis, perseteruan ini tidak akan kunjung usai bila sama-sama berkepala batu. Akhiri dengan musywarah tanpa dasar diplomasi politik. Salamkan pesan ini kepada sang designer(kalau memang benar adanya sang konseptornya). jangan jadi pengecut yang hanya bisa mempropaganda, memobilisasi massa, dan hanya atas dasar kepentingan ideologi. Saya hanya melampiaskan kegundahan hati saja bung.
*terimakasih wassalam.


Senin, 11 September 2017

IMAJI DI BALIK JERUJI



setiap tulisan merupakan dunia tersendiri yang terapung apung antara dunia nyata dan dunia impian  (pramodoedya ananta toer)”
Oleh: M.fikih samsul arifin (V)
Penjara tempat berdiamnya para napi, teroris, preman dan para pelaku kegelapan kriminal. itulah kultus yang tertanam di otak manuisa.Terkadang hukum dijadikan sistem yang menyandera logika, bukan hanya bertekuknya kebenaran dibawah palu sang penentu nasib. Kita mengenal final dalam diri adalah penentu langkah keambiguan yang akan kita tentukan, melihat para hakim yang menjadi penentu buruk/atau baiknya manusia, benar atau bersalah, akan menjadi pekerjaan yang terkutuk bila sintesa tak tepat arah.
Hukum dalam setiap negara berbeda. Memang menggenang jernih di fikiran bahwa hukum dalah bentuk peradilan yang tertinggi dan banyak negara yang menerapkannya. Memberantas kejahatan, menjadi mata yang membedah keabsurtan dihadapan kebenaran. ia,  tak jauh seperti pahlawan kesiangan yang tak bernyawa. Kisah didalam penjara bukan sekedar narasi dan ending tempat para actor antagonis. Para pelaku pemerkosaan, penculikan, pembunuhan, penipuan, dll. Ternyata kemisteriusan dalam pengadilan telah membuktikan keberhasilannya mempropaganda kebenaran yang disalahkan, dan kesalahan yang di benarkan. Bukan karena pertimbangan oleh dewan majlis hakim yang menjastis nasibnya, tapi atas perintah yang berkuasa.
Apakah seluruh negara memiliki hukum yang bertakrir penolokan asusila.? Memberantas kriminalisasi.? Mungkin terjawab, iya..!!! karena melanggar norma, dan menyentuh moril. Apakah benar pula, seluruh hukum di negara bersuara keras menolak kemerekaan akal.? Terpidana bila menolak diskriminatif, eksploitatif, dominatif.? Terkena pasal bila berjiwa reaksioner,.? Dianggap bersalah dengan statment yang katanya subversive? Padahal ber asaskan kemanusiaan. Dua lensa yang berbeda, menjadi nyata terjadi dibeberapa negara. Termasuk negara inonesia.
Sebutlah sederet nama yang dianggap melanggar konsesus karena ide dan imajinasinya. Filsuf yunani SOCRATES. Yang berending kematian (minum racun) didalam penjara karena pemikirannya yang dituduh merusak generasi muda, melawan dogma orang yunani yang mempercayayi dewa-dewa. Namun idenya terus mengakar dikalangan pemuda massa itu.(baca_APOLOGIA). socrates mempertanyakan kepada masyarakat athena pada saat itu soal tuhan dan keyakinan, bahkan meragukannya. Miris melihat nasib buruk menimpahnya, penjara yang terbuka lebar bukanlah jalan kepecundangannya. Ia tak ingin idenya yang membunuh sejuta kepala orang athena mati percuma-Cuma.
Berbeda dengan insiden Roma di italy, 27 april 1937. Terkutuknya nasib pemikir karena gagasan penting tentang percaturan politica sosial. Masa lajang yang dipuaskan untuk meliput tragedi penting (menjadi wartawan), berakhir naas ke dalam penjara dibawah gemelut kepemmpinan fasis Musollini. Semakin terhimpitnya oleh alam bukanlah alsan membekunya fikirannya. Bait demi bait menintahkan idenya. Kumpula naskah-naskahnya tertata secara tematik, dan dipasrahkan kepada sohibnya yang di percaya. Namun dunia hanya mengetahui konsepsi hegemoni dengan renyah, sementara antonio gramsci merana dibalik jeruji hingga kebebasan dunia tak sempat menyambutnya. (contek gagasan politik antonio gramsci).
Sekilas memalingkan pandangan ke dunia islam. Pria alim dengan ratusan karyanya yang fenomenal. Siapa yang tidak mengenal ibnu taimiyah..!!! seorang musafir yang mengembara ilmu dalam kesuciannya, mencatat setiap jejak kunjungannya ke penjuru bumi, hingga kemalangan datang menimpa. Setelah memusiumkan perjalanannya dalam sebuah karya “rihlah ibnu bathutah”. Damastus menjadi pemula menciutnya fitnah terhadap ibnu taimiyah, setelah khotbah keluar dari buah bibirnya, “sesunggahnya Allah turun ke dunia seperti turunku ini”, usai menapakkan kakinya selangkah di bawah tangga dari mimbar, datang tantangan dari seorang ahli fiqh, bermadzhab maliki. tepatnya ibnu Az zahroh yang memantik ucapannya tadi (demikian ibnu bathutah berhikayah). Berawal dari itu, tudingan dan fitnah-finah menyeret ibnu taimiyah terasingkan dari duniah.
Sedikit mengajak menggunakan lensa sejarah, bukan kelaziman lagi bagi petua mengenal sejarah kelam para cendikiawan, logikawan, budayawan, pejuang sosial, ilmuan, seperti sederet nama;“nelson mandela” pejuang kelas kasta di amerika, “fidel castro” seorang diktator berbasic kelas proletar, “Al-hallaj” yang di anggap imajinasinya hanya sebatas imajiner. Tak sedikit pula di negara kita seperti “tan malaka”, pesohor ujung tombak sosial, “pramoedya ananta toer”, budayawan ternama di dunia, serta “soekarno dan bung hatta” pun juga mengalami kepedihan hidup di balik jeruji. Apa salah mereka sehingga hukum menyentuhnya.? Akankah kasus asusila dan kriminal.?, dunia tidak menutup mata, tapi mata hukum yang buta.
Bila kita mencerminkan hukum dengan kaca mata kuda yang bersuara sebagai pendobrak kegelapan, akankah kita menutup mata di balik lusungnya kehidupan sekian para napi dan teroris di dalam penjara, terdapat seseorang yang memiliki imajinasi tinggi namun garis kodratnya berjalan dalam kenaasan, bergerilyanya ide di anggap angkuh oleh petinggi, menentang dominasi, mengacak-acak surga bagi penguasa. Maka ini vatal dan salah, kau harus dipenjara, berkemeja Nara pidana, meski dengan perkara yang berbeda.