Oleh: M. fikih samsul arifin
Perkara yang melatar belakangi aksi
ini salah satunya sayembara perebutan tongkat estafet badan ekskutif mahasiswa,
yang merupakan tampok kekuasaan tertinggi dalam lingkup Universitas. saya mengikuti
forum Audiensi di gedung VIP yang dipromotori oleh Aliansi Mahasiswa pada hari
rabu minggu lalu. sebelum saya beri sinyalir kepada pembaca terkait kritik yang
disampikannya, ternyata forum pertemuan yang merupakan jalan refrendum dalam
bentuk “Audiensi”, ilegal/tidak mengikuti prosedur yang idealnya. Padahal DPM-I
memprioritaskan kerja tertib administrasi, tetapi melanggar administrasi dengan
menerima adanya forum itu sebagai legitimasi kesalahannya, atau mereka”awak
awak DPM-I”, sangat menghargai suara rakyat. Ternyata dalam Menimbang “forum
yang ilegal”, Melihat “tidak sesuainya dengan administrasi”, Menetapkan “berjalannya
forum audiensi”, Menyatakan “bahwa forum itu atas desakan pak karno, sebagai salah
satu fungsionaris tertinggi di kampus”. Wahh, ini yang hebat otoritas pimpinan
atau desakan dari Aliansi Mahasiswa? atau bahkan dua-duanya yang hebat, dengan
menghalalkan segala cara yang haram”melawan prosedur” untuk menggelar forum
yang diidamkannya.
adanya Audiensi itu, kritik yang didauhkan mereka, bahwa; Dewan perwakilan
Mahasiswa (DPM-I) dan tim penyelenggara PEMIRA RM IAIN Jember, telah menabrak konsensus
dari hasil KONGRES republik mahasiswa tahun 2016. Bagi aliansi Mahasiswa,
payung hukum itu menjadi misteri di dahinya. Apakah kemisteriusan di balik
legalitas hukum itu? Tidak memanifestasikannya? Atau jasad mereka(aliansi
mahasiswa) yang berada di VIP pada waktu itu justru misterius? Sebab pada saat
KONGRES berlangsung tahun lalu, mereka yang mengikuti forum audiensi tidak
tampak satupun ujung hidungnya, tapi merasa faham dengan hasilnya. Wah...!!
semacam makhluk halus yang ghaib, diundang tak datang jasadnya, pulang kemarkas
dengan bebas menafsirknnya. Satu kata untuk mereka ; “bermimpi ingin menjadi
tokoh hermeneutika yang diakui dunia”.
Saya tutup surat ini dengan mengajak
sebagian dari mahasiswa dalam golongan aliansi untuk berfikir, tapi bagi yang
fikirannya jernih saja, /yang faham filsafat logika(silogisme partikular).
>Dalam Premis Mayor Yang Universal, Dan
Premis Minornya Partikular, Maka Konklusinya Harus Partikular.
1.
Premis mayor :
semua mahasiswa yang mengikuti aksi merupakan aliansi
2.
Premis minor :
sebagian mahasiswa tidak mengikuti aksi
3.
Konklusi :
maka sebagian yang mengikuti aksi bukanlah aliansi.
(jadi golongan aliansi hanyalah sebatas klaim saja yang mengatas namakan
aliansi. “logika mana yang dipakai kanda?”).
Kanda-kandaku yang kritis,
perseteruan ini tidak akan kunjung usai bila sama-sama berkepala batu. Akhiri dengan
musywarah tanpa dasar diplomasi politik. Salamkan pesan ini kepada sang
designer(kalau memang benar adanya sang konseptornya). jangan jadi pengecut
yang hanya bisa mempropaganda, memobilisasi massa, dan hanya atas dasar
kepentingan ideologi. Saya hanya melampiaskan kegundahan hati saja bung.
*terimakasih wassalam.