Senin, 26 Juni 2017

"Konseptualisasi ketuhanan"



Oleh: Lukman hakim abdullah.

Seluruh agama membawa konsep ketuhanan, inilah yg di sebutkan dalam al-qur'an yg dalam terjemahnya _"tidaklah kami utus utusan sebelum kamu (muhammad) kecuali kami wahyukan kpd mereka bahwa tuhan mereka adalah satu"_ jd semua agama, terutama agama yg masuk dalam rumpun agama smitik (abraham religion) adalah sama-sama membawa konsep ketuhanan.

Bahkan ketika kita merujuk kpd sejarah dalam al-qur'an juga di singgung bahwa: _"ketika masyarakat sebelum kamu (muhammad) ditanya:, Siapa yg menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari?, maka mereka akan menjawab allah"_.
Jd sebelum islam turun masyarakat arab pra islam sudah menyebut nama allah untuk menunjuk kpd dzat yg maha agung.

Setelah islam datang muncul pertanyaan dengan nama apa orang islam akan menyebut nama tuhan, maka turun ayat al-quran dalam surah al-ikhlas _"Katakanlah allah itu satu"_ dengan begitu jelas bahwa nama allah yg di gunakan umat islam untuk menunjuk kpd tuhan ternyata juga telah di gunakan ummat terdahulu untuk juga menunjuk kpd tuhan, namun di sini islam memodifikasi nama allah dari allah yg di baca tipis/tarqiq menjadi allah yg di baca tebal/tafhim sebagai pembeda antara islam dengan ummat sebelum islam di dalam menyebutkan nama tuhannya.

Lalu muncul kembali sebuah kritik mengenai nama tuhan yg ternyata oleh ummat islam di copy dari bahasa ummat terdahulu untuk menyebut nama tuhannya, maka turun ayat al-qur'an yg menjawab kritik tersebut: _"panggillah allah atau arrahman, krn setiap nama yg baik itu bisa merujuk kpd dzat yg maha agung"
Namun persoalan saat ini bukan mengenai nama tuhan, tp persoalannya adalah mengapa terjadi perselisihan antar ummat beragama?
Jawabannya adalah Perselisihan ini terjadi krn perbedaan konseptualisasi ketuhanan
Dalam sebuah sya'ir di katakan bahwa: _"bahasa kita berbeda namun kecantikan kita satu, dan semua bahasa menunjuk kepada satu kecantikan itu"_
Artinya tuhan itu satu, namun bahasa yg di gunakan untuk menunjuk kepadanya berbeda-beda, ada yg menyebutnya allah, ada yg menyebutnya yahwe, ada yg menyebutnya yahua dan seterusnya.

Dengan begini persoalan perbedaan konseptualisasi ketuhanan adalah keniscayaan ummat beragama, jangankan di luar islam, di intenal islam sendiri terjadi perbedaan konseptialisasi ketuhanan, antara mu'tazialah dengan sunni, antara asya'iroh dan al-maturidi, bahkan antara asy'ari dengan asya'iroh pun terjadi perbedaan konseptualisasi ketuhanan, tugas kita adalah meletakkan perbedaan konseptualisasi ketuhanan sebagai bentuk ungkapan manusia yg terbatas untuk menjangkau tuhan yg tdk terbatas.

Salam pergerakan....!!!

Sabtu, 03 Juni 2017

PMII & Klaim Peradaban Barat

Oleh : Zaed Khan

Superioritas barat dan klaim central peradaban merupakan satu diantara tantangan besar bagi 1,6 miliyard komunitas muslim di seluruh belahan dunia dan negara-negara yang mayoritas muslim. Kemajuan teknologi trasportasi, informasi, militer, ekonomi, sosial politik, kesahatan, pendidikan, astronomi, serta cabang ilmu pengetahuan lainnya dsb adalah unsur peradaban yang secara faktual melampaui dari pada negeri timur. Akan tetapi klaim sebagai central peradaban dan propaganda contoh teladan masyarakat ideal terasa masih sangat naif untuk diakui, sebab meminjam teori oksidantalisme hasan hanafi bahwa kondisi maksimum peradaban di barat tidak lain dan tidak bukan adalah hasil dari sumbangan karya lokal di diseluruh dunia yang beragam. Mari kembali pada masa kejayaan islam sebagai penyuplai karya monumental terbesar dalam sejarah manusia. Sebut saja salah satunya adalah Ibnu sina, ibnu khaldun, ibnu batutah, al-khawarizmi, adalah contoh dari pada pemantik era pencerahan dari kekolotan barat pada masa itu. Lalu bandingkan bagaimana barat ketika melakukan konfrontasi fisik dengan imprealisme dan kolonialisasi nya ke negeri jajahannya ?
Dari hal itu kami berfikir propaganda barat dalam memposisikan diri sebagai contoh tata kelola kehidupan manusia adalah irasional dan hanya sekedar wacana. Terlebih lagi kamuflase Sistem monopoli ekosospol dan konspirasi sekelompok "bento" yang sudah menjadi rahasia umum mengendalikan setiap elemen kehidupan.

Terlepas dari pada itu semua bahwa buyut-buyut kita (muslim) telah memenangkan pertarungan itu melalui penguasaan berdasarkan disiplinnya masing-masing dan pemberdayaan dari wilayah taklukanbya. Mari kita melihat kodisi pemuda/i islam Hari ini, Terdapat penyakit menular semisal westernisasi yang sudah sampai pada stadium 4 dimulai dari gaya hidup, pola pikir, kebudayaan bahkan fanatisme buta terhadap barat yang menjadikan nya barometer utama dalam setiap aspek kehidupan total menjangkiti pemuda/i islam secara umum dan hal itu menjadi batu sandungan kemajuan peradaba islam. Karena Generasi muda islam adalah aset dari pada investasi cita-cita peradaban masyarakat madani atau baldatun, tayyibatun wa rabbun ghafur yang telah di contohkan Rasulullah Saw dan pengusa setelahnya. Maka Spirit romantisme sejarah dan konstruksi tata kelola kehidupan manusia ala manhaj nubuwwah bisa tercapai dengan mengambil kembali pundi-pundi pengetahuan yang telah di sempurnakan barat dan filterisasi terhadap segala aspek yang berasal dari barat. PMII (pergerakan mahasiswa islam indonesia) satu diantara organisasi pemuda islam adalah salah satu aset terbesar yang dimiliki bangsa indonesia dan penyuplai manusia-manusia canggih ke berbagai daerah. Proses Merebut kembali kejayaan islam dapat dilakukan apa bila kader PMII yang notabene nya memiliki visi yakni "Terbentuknya pribadi muslim indonesia yang bertaqwa kepada allah swt, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan indonesia" dengan kembali melakukan kerja-kerja sebagai intelektual organik dan menkonsolidir, tranformasi, dan melakukan perlawanan dari wilayah grass root (akar rumput) atau masyarakat tethadap tirani. Dimana tentunya upgrade kualitas dalam beragam bidang sesuai dengan juruannya harus lebih agresif dan orientasi kaderisasi PMII tidak hanya lari pada wilayah politik praksis saja tetapi pada wilayah strategis lainnya harus di kuasai.

Kami berfikir,  bayangkan saja dari sekian juta kader made in PMII yang berbeda provensi, kabupaten, kecamatan, desa bahkan RT setelah melewati beragam tahap dan pola proses kaderisasi di PMII kembali ke daerahnya masing-masing dan melakukan kerja-kerja peradaban sesuai dengan konstruksi ala PMII bukan tidak mungkin kebangkitan kejayaan islam yang sudah hampir satu abad redup akan bangkit kembali oleh pemuda/i islam PMII untuk meruntuhkan kejumawaan barat dan menunjukan kebesaran serta kewibawaan islam di seluruh muka bumi.

#sekedar corat coret.