Kamis, 29 Desember 2016

Saya Bangga Skripsi Saya Belum Selesai



Oleh : Abd. Latif Azzam

Di penghujung tahun 2016 ini rasanya saya memasuki dunia dan alam yang berbeda. Awalnya bermula tatkala saya sedang melamun di warung makan. Lalu ada sekumpulan mahasiswi yang rada tua semester nya dan bukan wajahnya sedang ngobrol asyik tentang kelulusan dan skripsi nya. Walaupun saya tidak mengikuti obrolannya,  tetapi mendengar mereka ngobrol, seketika berkecamuk rasa dalam diri saya dan seketika saya teringat skripsi saya yang belum tahu nasibnya seperti apa. Apalagi ditengah obrolannya terselip kalimat undangan pernikah dan preweding. Tambah berkecamuklah perasaan  saya waktu itu.

Saya hanya bisa mendengar mereka ngobrol. Sembari menanyakan kepada diri saya, kapan saya mau skripsi, kapan saya lulus, dan kapan saya bisa ngobrol foto preweding se asyik yang mereka obrolkan. Saya hanya bisa bermenung beginilah nasib mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa yang sudah menginjak semester tujuh keatas,  apalagi yang semester belasan, tentu tak seindah dulu saat pertama masuk kampus. Walaupun jika ada mahasiswa yang sudah semester 7,9,10,11,12, dst. Kelihatan bahagia, sering ngopi dan diskusi, atau bahkan sering ngetrip layaknya maba. Sungguh didalam hatinya tersimpan penderitaan yang bertubi-tubi.  Layaknya penyakit kronis macam HIV yang tidak akan pernah bisa disembuhkan kecuali telah selesai skripsi nya.

Penderitaan  mahasiswa tingkat akhir ini tidak hanya sampai disitu, mereka harus rela berdiam diri di kosan atau di kontrakannya karena kalau mau main ke kampus merasa tidak pantas. Raut wajah yang sudah cukup menua sangat mudah dilihat oleh adek-adeknya.  Apalagi ketika ditanya "kakak ngapain di kampus ?" pertanyaan yang membuat dia merasa asing di keramaian. Mereka hanya bisa nongkrong di warung kopi, itupun kalau ada yang mau menemani.  Karena raut wajah yang menua itu membuat adek-adeknya merasa sungkan untuk menemani ngopi. Habislah kehidupan mahasiswa semester tua yang cobaan skripsinya tak kunjung reda.


Akhirnya dia memutuskan untuk menggarap skripsinya. Tau-tau masa kontrakan dan kosan habis. Uang gak punya, skripsi belum kelar, laptop digadaikan, akhirnya dia mencari penampilan dengan mengajak adek-adeknya yang amboi dengan berkedok kajian diskusi. Tapi saya sendiri yang juga mengalami nasib sama, berbangga hati karena skripsi saya belum selesai. Saya tak perlu repot mencari pekerjaan karena saya masih menyandang status mahasiswa. Walaupun di KTP tidak ada aturan status itu harus satu profesi. Saya bisa lebih banyak mencari pengalaman baru di dalam atau di luar kampus. Dan saya bisa lebih banyak belajar bersabar dan lapang dada ketika dicecali pertanyaan mengenai skripsi dan resepsi.

Menurut imam azzarnuji dalam kitab taklim mutaallim, bahwa kita tidak akan mendapatkan suatu ilmu kecuali telah memenuhi enam syarat.  Nah,  diantara yang enam itu adalah "tuuluz zaman" yaitu panjang zamannya.  Semakin lama mencari ilmu semakin banyak ilmu yang didapat,  semakin lama tidak garap skripsi semakin banyak pertanyaan yang didapat. Begitulah tafsir mahasiswa tingkat akhir. Tetapi ketika dilihat lagi qoul imam tersebut ada benarnya juga. Karena kalau mahasiswa yang cepat lulus, mereka akan cepat kehilangan idealisme nya.  Kehidupan di masyarakat yang cukup pragmatis apalagi kalau lulusnya langsung nikah,  maka waktunya akan lebih banyak dibuang memikirkan hidup anak dan istrinya. Bersyukurlah mahasiswa yang belum lulus termasuk saya karena masih bisa menikmati indahnya berfilsafat lewat kajian ilmiah di kampus.

Mahasiswa yang cepat lulus, akan menanggung beban gelar yang dimilikinya. Maka berbahagialah mahasiswa yang belum lulus termasuk saya karena tidak perlu repot menjawab pertanyaan dari keluarga atau mertua "kamu kerja apa setelah sarjana nak". Sehingga pertanyaan itu mungkin lebih berat dari pertanyaan teman-teman seangkatan. Mahasiswa yang cepat lulus akan memikirkan uang kuliah yang cukup tinggi, sedangkan mahasiswa yang belum lulus hanya memikirkan uang ngopi dan kencan bareng dengan dede nya. Semoga saya dan kalian yang masih belum lulus, mendapat hikmah dan ma'unah dari Allah swt. Walaupun sebenarnya lulus dengan cepat itu lebih baik. Lebih baik apapun alasannya.

Warung Bambu : 29/12. 12:23